Postingan

Menampilkan postingan dari Februari 3, 2016

Paradoks Kepemimpinan dan Wacana Daerah Istimewa Minangkabau

Paradoks Kepemimpinan dan Wacana Daerah Istimewa Minangkabau • Oleh Shofwan Karim     Wilayah administrasi Provinsi Sumatera Barat dalam pemerintahan Republik Indonesia, kecuali struktur bawah yang disebut nagari, sama saja dengan 33 Provinsi lain. Akan tetapi secara etnisitas sosio-kultural, warga Sumatera Barat terhadap dirinya maupun pihak lain lebih senang menyebut wilayah ini sebagai Ranah Minangkabau.   Di dalam pertemuan warga Minangkabau, kredo kepemimpinan sosial Minangkabau sering diulang-ulang. Mereka menyebut kepemimpinan “tigo tungku tigo sajarangan, tigo tali sapilin” (tiga tungku sejerangan, tiga tali sepilin/TTS). Sebuah aura kepemimpinan sosial yang berdiri di atas wibawa dan kharisma ninik-mamak, alim-ulama dan cerdik pandai.   Itulah sebuah abstraksi kepemimpinan yang bersandar kepada  tokoh adat, tokoh agama, serta  kaum cendekiawan. Khusus cendekiawan amat luas cakupannya. Di situ termasuk pemerintah, birokrat, akademisi, para usahawan (pebisnis-mapan), bundo kandu

Paradoks Kepemimpinanan dan DIM

Gambar
Artikel Opini utk Singgalang. Dikirim dari Shah Alam, 29.1.26 Inbox D DR KARIM ELHA MA to singgalang.redaksi, me 5 days ago Details Paradoks Kepemimpinan dan Wacana Daerah Istimewa Minangkabau • Oleh Shofwan Karim     Wilayah administrasi Provinsi Sumatera Barat dalam pemerintahan Republik Indonesia, kecuali struktur bawah yang disebut nagari, sama saja dengan 33 Provinsi lain. Akan tetapi secara etnisitas sosio-kultural, warga Sumatera Barat terhadap dirinya maupun pihak lain lebih senang menyebut wilayah ini sebagai Ranah Minangkabau.   Di dalam pertemuan warga Minangkabau, kredo kepemimpinan sosial Minangkabau sering diulang-ulang. Mereka menyebut kepemimpinan “tigo tungku tigo sajarangan, tigo tali sapilin” (tiga tungku sejerangan, tiga tali sepilin/TTS). Sebuah aura kepemimpinan sosial yang berdiri di atas wibawa dan kharisma ninik-mamak, alim-ulama dan cerdik pandai.   Itulah sebuah abstraksi kepemimpinan yang bersandar kepada  tokoh adat, tokoh agama, serta  kaum cendekiawan. Kh

Naik Kereta ke Yogyakarta

Gambar