Paradoks Kepemimpinan dan Wacana Daerah Istimewa Minangkabau
Paradoks Kepemimpinan dan Wacana Daerah Istimewa Minangkabau • Oleh Shofwan Karim Wilayah administrasi Provinsi Sumatera Barat dalam pemerintahan Republik Indonesia, kecuali struktur bawah yang disebut nagari, sama saja dengan 33 Provinsi lain. Akan tetapi secara etnisitas sosio-kultural, warga Sumatera Barat terhadap dirinya maupun pihak lain lebih senang menyebut wilayah ini sebagai Ranah Minangkabau. Di dalam pertemuan warga Minangkabau, kredo kepemimpinan sosial Minangkabau sering diulang-ulang. Mereka menyebut kepemimpinan “tigo tungku tigo sajarangan, tigo tali sapilin” (tiga tungku sejerangan, tiga tali sepilin/TTS). Sebuah aura kepemimpinan sosial yang berdiri di atas wibawa dan kharisma ninik-mamak, alim-ulama dan cerdik pandai. Itulah sebuah abstraksi kepemimpinan yang bersandar kepada tokoh adat, tokoh agama, serta kaum cendekiawan. Khusus cendekiawan amat luas cakupannya. Di situ termasuk pemerintah, birokrat, akademisi, para usahawan (pebisnis-mapan), bundo kandu