Postingan

Menampilkan postingan dari Juni 28, 2006

Kegelisahan Gamawan Fauzi

Gambar
Duplikasi Kegelisahan GF dan Kita Oleh Shofwan Karim Nampaknya, telah terjadi duplikasi (kesamaan) kegelisahan antara Gubernur Gamawan Fauzi (GF) dan sebagian besar masyarakat di ranah Minang dan Sumbar tercinta ini. Setidaknya kegelisaan itu terditeksi pada pertemuan 20-an orang para pemimpin dan pegiat Muhammadiyah Sumbar kemarin (17/3). Gelisah pertama, fokus menjadi CPNS. Seakan berenang di atas arus kemasygulan tak tertanggungkan, dengan raut wajah rusuh, GF menyorot “hawa-nafsu” masyarakat di kampung kita ini untuk menjadi pegawai negeri, melebihi provinsi-provinsi lain. Secara kasar terungkap, bahwa Jawa Barat yang penduduknya sekitar 25 juta jiwa, yang mendaftar menjadi CPNS kemarin hanya lebih kurang 80-an ribu orang. DKI Jakarta yang berpenduduk 9 juta orang, yang mendaftar menjadi CPNS kemarin hanya 25-an ribu orang. Sedangkan Sumbar yang berpenduduk hanya 4,5 juta orang, bernafsu menjadi CPNS lebih dari 100 ribu orang. GF mengeluh, apakah ini akibat di Sumbar tidak ada indu

Papa Rusli Marzuki Saria (RMS)

Gambar
Papa yang Puitik dan Pilosofis   Oleh Shofwan Karim (Rektor UMSB, Komisaris PTSP dan Dosen IAIN IB Padang/Diperbarui 23.08.2020-kini Ketua PW Muhammadiyah Sumbar 2015-2020).              Rusli Marzuki Saria (RMS) alias Papa, bagi saya adalah sastrawan dan budayawan motivatif dan inspiratif. Selalu membimbing dan memberi peluang besar kepada kaum muda berbakat. Saya merasa mendapat rezeki motivasi, bimbingan dan peluang itu. Dunia menulis dan sastra saya nikmati pada 1970-an sampai sekarang.  Meski kesibukan utama sebagai dosen dan aktivis masyarakat mengurangi waktu saya untuk menggeluti dunia tulis menulis dan kesusasteraan itu. Karenanya kenangan saya pada 1970-an dan 1980-an tak ingin saya biarkan berlalu begitu saja dalam memperingati 70 tahun Papa.   Ada tiga lokalitas interaksi motivasi, bimbingan dan peluang yang menjadi wilayah tuang Papa kepada saya. Taman Budaya Padang, IAIN Imam Bonjol kampus Sudirman dan Surat Kabar Haluan . Setelah mulai kuliah di IAIN pada 1972, say

Pluralitas Bermasyarakat Beradab dan Bermartabat

Gambar
Oleh Shofwan Karim Pendahuluan Masyarakat majemuk atau masyarakat plural dapat dipahami sebagai masyarakat yang terdiri dari berbagai kelompok dan strata sosial, ekonomi, suku, bahasa, budaya dan agama. Di dalam masyarakat plural, setiap orang dapat bergabung dengan kelompok yang ada, tanpa adanya rintangan-rintangan yang sistemik yang mengakibatkan terhalangnya hak untuk berkelompok atau bergabung dengan kelompok tertentu (Asykuri, dkk., 2002:107) Pluralitas baru bermakna positif bila ada interaksi dan relasi saling percaya antara sesama (social-trust) . Hal itu merupakan prasyarat untuk terciptanya masyarakat yang beradab dan bermartabat . Yaitu masyarakat yang memiliki moral, akhlak, etika, budi luhur, santun, sabar dan arif, menghormati hak asasi, menghormati diri sendiri dan orang lain, bangsa sendiri dan bangsa lain, suku dan kelompok sendiri dan suku serta kelompok lain. Dengan begitu upaya untuk mencapai kualitas hidup yang optimal untuk menjadi lebih sejahtera, berkeadilan dan