Reaktualisasi Pemikiran Amien Rais


Reaktualisasi Pemikiran Amien Rais
OLeh Shofwan Karim
Kamis, 15-Maret-2007, 09:26:31

Dua hari ini, (14-15/3) Prof Dr H Amien Rais MA, singkatnya Pak Amien berada di Sumbar. Kedatangan Ketua MPR RI 1999-2004 itu pada dasarnya atas undangan Dewan Pimpinan Daerah Ikatakan Mahasiswa Muhammadiyah (DPD IMM).


Dengan bantuan H M Asli Chaidir, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai Amanat Nasional (DPW PAN) Sumbar. Penulis diundang mengikuti acara yang diisi dengan pengajian pimpinan, pencerahan, tausiah dan orasi ilmiah diadakan di Kantor PW Muhammadiyah, di halaqah jemaah Masjid Taqwa dan Milad ke-43 IMM Sumbar di Asrama Haji Tabing, kemarin. 


Snowing in Charlottetown, Prince Edward Island, Canada (Photo: Shofwan Karim, 13-12.2013


Kebetulan saat ini pasca bencana gempa di Sumbar, kabarnya hari ini Ketua PP Muhammadiyah 1995-1998 itu akan memperlihatkan hati yang luluh, mata yang sabak sambil memperlihatkan putih kapas boleh dilihat dan putih hati berkedaan, memberikan sumbangan kepada korban gempa Sumbar di Kota Padangpanjang.

 Pak Amien adalah idola mahasiswa sehingga dinobatkan sebagai Bapak Gerakan Reformasi tahun 1998. Suami Kusnasriyati yang dinikahinya tahun 1969 itu, kini beranjak ke usia 63 tahun pada 26 April ini. Pak Amien tampak awet muda dibanding tokoh lain sebayanya. 

Wajahnya yang jernih, senyum khasnya, tatapan matanya yang tajam tetapi bersahabat, tawanya yang renyah dan nada suaranya yang lembut tetapi tegas, terus terang dan mengena, semuanya tetap dan tidak berubah dari apa yang penulis kesankan sejak mengikuti majelis yang menghadirkannya di mana-mana. Lebih dari itu, Pak Amien selalu konsisten dan konsekuen dengan apa yang ada dalam pemikirannya baik yang terlafaskan dengan lisan maupun tulisan. Oleh karena itu, kesan penulis apa yang kemarin sepanjang pagi, siang dan sore hari di utarakan Pak Amien sepertinya merupakan reaktualissasi pemikirannya.

Pak Amien memulai dengan kecemasannya sebagaimana juga manusia lainnya ketika pulang dari Australia beberapa hari lalu pasca terbakarnya Garuda di Yogya 7 Maret, namun dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, alhamdulillah beliau mendarat dengan selamat. Pak Amien merasa prihatin dengan ujian, musibah dan bencana yang berkepanjangan yang menimpa bangsa Indonesia bagaikan deretan peristiwa tiada henti. 

Untuk yang satu ini, Pak Amien meminta segala pihak untuk tidak saling menyalahkan. Beliau sepertinya setuju saja dengan imbauan kembali untuk tobat nasional seperti awal reformasi lalu selalu diimbaunya kepada bangsa ini. Tetapi dia meminta tobat itu harus dimulai dari para pemimpin dan jangan ada yang ragu-ragu. 

Untuk kebaikan bangsa ini ke depan, Pak Amien seakan mengulang pemikirannya bahwa meskipun sekarang sudah berganti sistem, tetapi struktur mental pelaku sistem itu tidak berubah, maka hasilnya akan sulit. Analog antara rakyat dan pemimpin dalam membersihkan apa yang dulu disebut KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), tidak akan jalan kalau tidak dimulai oleh para pemimpin. Pak Amien mengulang apa yang disebutnya teori pembusukan ikan dan pembersihan ruangan. Ikan busuk dimulai dari kepalanya. Membersihkan ruangan harus dimulai dari bagian atas bukan dari bagian bawah. 

Bicara vokal dan terus terang itu, tak lepas dari semacam idelogi yang dianut Pak Amien. Katakanlah semacam ideologi amar ma’ruf nahi mungkar dan ideologi-tauhid. Yang pertama, kata mantan Ketua Umum PAN itu, perlu ada keseimbangan terus menerus antara fatwa-kebaikan amar ma’ruf dan keritik-tajam menghentikan kemungkaran. Ibarat pesawat terbang seperti yang dikonfirmasikannnya kepada Presiden Habibie yang pakar pesawat terbang itu, bahwa tidak mungkin satu pesawat mampu terbang kalu sayapnya patah salah satunya atau sayapnya itu tidak berimbang. 

Terhadap ideologi-tauhid ini, Pak Amien sepertinya kembali kepada pemikirannya 20 tahun lalu. Di dalam tulisannya, “Arti dan Fungsi Tauhid” dalam Cakrawala Islam, Antara Cita dan Fakta (Mizan, Bandung: 1987), ia melukiskan bahwa inti tauhid itu adalah pembebasan manusia. Kalimat La Ilaha Illa Allah harus dipahami sebagai meniadakan otoritas dan petunjuk (boleh jadi musibah dan bencana: penulis) yang datang bukan dari Tuhan. 

Jadi, kata Pak Amien, kalimat thayyibah tadi merupakan kalimat pembebasan bagi manusia. Seorang manusia-tauhidi mengemban tugas untuk melaksanakan tahrirunnas min ‘ibadatil ‘ibad ila ‘ibadatillah (membebaskan manusia dari menyembah sesama manunsia kepada menyembah Allah semata). Pada bagian lain Pak Amien tampaknya ingin melebarkan reaktualisasi pemikirannya kepada apa yang dulu disebutnya sebagai tauhid sosial. Di mana kemauan dan kemampuan membela dan membantu yang lemah merupan realisasi iman. 

\Oleh karena itu, kritik yang paling pedaspun terhadap ketidak adilan, termasuk memberantas korupsi hanya dimulai dari yang kecil-kecil bukan dari yang besar, adalah sesuatu yang harus menjadi keniscayaan. Pada bagian lain, Pak Amien tampaknya tetap punya harapan terhadap ummat dan bangsa ini. Katanya, kalau ummat dan bangsa ini ingin maju, maka harus dikuasai ilmu pengetahuan, teknologi dan ekonomi. Sebagaimana juga para futurolog di dunia saat ini, Pak Amien tampaknya memperkuat forecast bahwa Amerika akan tiba saatnya bertekuk lutut kepada China dan India, yang kini memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan information technology (IT) yang mumpuni. Ini harus diupayakan pula oleh ummat dan bangsa ini. 

Khusus untuk ummat Islam di dunia, Pak Amien memprediksi bahwa kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan ekonomi dunia Islam bisa dicapai dengan suatu infra struktur yang kuat, yaitu hilangnya dikhotomi dan rivalitas untuk selanjutnya tercipta harmonisasi antara kaum sunnni dan syi’i (Ahlusnnah dan Syi’ah). Dengan demikian, agaknya reaktualisasi pemikiran Pak Amien, akan selalu menjadi motor penggerak kehidupan ummat dan bangsa ini, meski duka nestapa masih belum sirna. (***)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengabdian Warga Muhammadiyah: Rekonstruksi Kiprah H. Amran dalam Pendidikan

Narasi Sahabat Alumni 1972: Dr. Dra. Hj. Nurhayati Zain, B.A., M.A