Postingan

Surat dari london (3)

Gambar
Surat Shofwan Karim dari London (3): Biaya Hidup Termahal di Dunia Sahabatku H. Darlis, Zaili, Hasril dan Eko yang baik. Tidak fair rasanya. Sudah masuk hari keempat kami di London, masih bernostalgia Mesir. Lebih baik saya tunda laporan saya tentang Mesir yang belakangan itu. Padahal tak kalah pentingnya kunjungan kami ke Musim Tahrir. Disitu sejarah Fiar’an dan Peradaban Mesir sejak zaman kuno, klasik, tengah dan sebagian modern dipajang. Begitu pula perpustakaan manual dan elektronik super canggih untuk dewasa dan anak di Iskandariyah atau Alexandria. Pustaka satrana ilmu sekaligus objek wisata ini. Seterusnya objek lain di pantai Mesir indah menghadap laut Mediterania. Di situ jutaan orang tumpah. Lokal dan mancanegara. Bagaimana orang Mesir menikmati dan polah tingkah mereka musim panas. Serta soal-soal lainnya. Munurut putaran musim, di Eropa umumnya dan Inggris khususnya, sekarang juga tengah musim panas. Akan tetapi musim panas yang gagal, kata Pak ...

Mahasiswa Al-Azhar University, Kairo, Mesir dari Minangkabau

Gambar
Surat Shofwan Karim dari Kairo : Hifzi, Pengurus Wisma Nusantara Kairo Mahasiswa dari Piladang. Pak Darlis dan sahabat-sahabat persku Hasril, Zaili, Eko di Sgl, MM, Padek dan Haluan Yth. Kepada salah seorang di antara sahabatku, kemarin saya berjanji untuk menulis terus dalam perjalanan ini. Seperti yang sudah saya tulis sebelum keberangkatan kemarin, (entah sudah bapak terima dan baca) dalam email, kami berangkat dari Padang Pukul 12.55 dengan Garuda GA 844. Setelah transit di PekanBaru kami sampai di Singapura pukul 16.15 waktu Singapuara. Pukul 06.40 pagi ini (Kamis, 22/7) saya Imnati dan Adam sampai di Bandara internasional Kairo. Ada sedikit perbedaan proses imigrasi. Di Singapura dan Bangkok pemeriksaan imigrasi dan barang dilakukan secara otomotis dengan kotak sinar X ketika masuk dan keluar. Ini sudah biasa di seluruh ariport di dunia. Di sini, kotak Sinar X itu meskipun ada tidak terlalu diperlukan. Setelah ceking pasport dan slip kedatangan, oleh petugas di balik kaca lintas ...

Mohammad Natsir (1908-1993)

Gambar
Mohammad Natsir (1908-1993) Oleh Shofwan Karim Mohammad Natsir adalah seorang tokoh kunci dan pejuang yang gigih mempertahankan negara kesatuan RI, yang sekarang menjadi pembicaraan hangat karena melemahnya rasa kesatuan bangsa sebagai akibat reformasi yang kebablasan. Berkali-kali dia menyelamatkan Republik dari ancaman perpecahan. Ia lah yang pada tahun 1949 berhasil membujuk Syafruddin Prawiranegara, yang bersama Sudirman merasa tersinggung dengan perundingan Rum-Royen, untuk kembali ke Jogya dan menyerahkan pemerintahan kembali kepada Sukarno Hatta. Dia jugalah kemudian yang berhasil melunakkan tokoh Aceh, Daud Beureuh yang menolak bergabung dengan Sumatera Utara pada tahun 1950, terutama karena keyakinan Daud Beureuh akan kesalehan Natsir, sikap pribadi yang tetap dipegang teguh sampai akhir hayatnya. Natsir juga seorang tokoh pendidik, pembela rakyat kecil dan negarawan terkemuka di Indonesia pada abad kedua puluh. Kemudian ketika kegiatan politiknya dihambat oleh penguasa, dia ...
Gambar
ANALISIS TERHADAP RELIGIOUSITAS DAN IDEOLOGI DARI SOEHARTO KE GUS DUR (1966-2000) Oleh Shofwan Karim [1] Abstract Religiousity and ideological development of Indonesian Muslim to both regimes of Soeharto and Abdurrahaman Wahid or Gus Dur, expressively, to some extend has similarity and distincty. What so called guided democracy in the Soekarno administration were consist of three pillars national backbone. Those were nasionalism, religion of traditionalist faction, and communism in 1959-1965. In the other hand when Soeharto came to power, he built a strong system wich he called as the democracy of Pancasila . This authoritarian rule base on those were military, technocracy-bereucracy and Golkar Party. Furthermore, never before last October's 1999 election has the presidency gone to Abdurrahman Wahid a cleric and a leader of a large Muslim organization Nahdhatul Ulama. And yet, instead of trying to boost Islam's influence, President Gus Dur has flatly rejected calls to impose Is...

Kegelisahan Gamawan Fauzi

Gambar
Duplikasi Kegelisahan GF dan Kita Oleh Shofwan Karim Nampaknya, telah terjadi duplikasi (kesamaan) kegelisahan antara Gubernur Gamawan Fauzi (GF) dan sebagian besar masyarakat di ranah Minang dan Sumbar tercinta ini. Setidaknya kegelisaan itu terditeksi pada pertemuan 20-an orang para pemimpin dan pegiat Muhammadiyah Sumbar kemarin (17/3). Gelisah pertama, fokus menjadi CPNS. Seakan berenang di atas arus kemasygulan tak tertanggungkan, dengan raut wajah rusuh, GF menyorot “hawa-nafsu” masyarakat di kampung kita ini untuk menjadi pegawai negeri, melebihi provinsi-provinsi lain. Secara kasar terungkap, bahwa Jawa Barat yang penduduknya sekitar 25 juta jiwa, yang mendaftar menjadi CPNS kemarin hanya lebih kurang 80-an ribu orang. DKI Jakarta yang berpenduduk 9 juta orang, yang mendaftar menjadi CPNS kemarin hanya 25-an ribu orang. Sedangkan Sumbar yang berpenduduk hanya 4,5 juta orang, bernafsu menjadi CPNS lebih dari 100 ribu orang. GF mengeluh, apakah ini akibat di Sumbar tidak ada indu...

Papa Rusli Marzuki Saria (RMS)

Gambar
Papa yang Puitik dan Pilosofis   Oleh Shofwan Karim (Rektor UMSB, Komisaris PTSP dan Dosen IAIN IB Padang/Diperbarui 23.08.2020-kini Ketua PW Muhammadiyah Sumbar 2015-2020).              Rusli Marzuki Saria (RMS) alias Papa, bagi saya adalah sastrawan dan budayawan motivatif dan inspiratif. Selalu membimbing dan memberi peluang besar kepada kaum muda berbakat. Saya merasa mendapat rezeki motivasi, bimbingan dan peluang itu. Dunia menulis dan sastra saya nikmati pada 1970-an sampai sekarang.  Meski kesibukan utama sebagai dosen dan aktivis masyarakat mengurangi waktu saya untuk menggeluti dunia tulis menulis dan kesusasteraan itu. Karenanya kenangan saya pada 1970-an dan 1980-an tak ingin saya biarkan berlalu begitu saja dalam memperingati 70 tahun Papa.   Ada tiga lokalitas interaksi motivasi, bimbingan dan peluang yang menjadi wilayah tuang Papa kepada saya. Taman Budaya Padang, IAIN Imam Bonjol kampus Sudirman dan Surat Kaba...

Pluralitas Bermasyarakat Beradab dan Bermartabat

Gambar
Oleh Shofwan Karim Pendahuluan Masyarakat majemuk atau masyarakat plural dapat dipahami sebagai masyarakat yang terdiri dari berbagai kelompok dan strata sosial, ekonomi, suku, bahasa, budaya dan agama. Di dalam masyarakat plural, setiap orang dapat bergabung dengan kelompok yang ada, tanpa adanya rintangan-rintangan yang sistemik yang mengakibatkan terhalangnya hak untuk berkelompok atau bergabung dengan kelompok tertentu (Asykuri, dkk., 2002:107) Pluralitas baru bermakna positif bila ada interaksi dan relasi saling percaya antara sesama (social-trust) . Hal itu merupakan prasyarat untuk terciptanya masyarakat yang beradab dan bermartabat . Yaitu masyarakat yang memiliki moral, akhlak, etika, budi luhur, santun, sabar dan arif, menghormati hak asasi, menghormati diri sendiri dan orang lain, bangsa sendiri dan bangsa lain, suku dan kelompok sendiri dan suku serta kelompok lain. Dengan begitu upaya untuk mencapai kualitas hidup yang optimal untuk menjadi lebih sejahtera, berkeadilan dan...